Cinta kepada Allah Menyelamatkan Yusuf dari
Perbuatan Maksiat
Yusuf kecil tumbuh menjadi pemuda yang indah parasnya,
jernih matanya, dan halus budi pekertinya. Tak heran jika Zulaikha, istri
seorang pejabat Mesir yang memelihara Yusuf, tertarik padanya. Asy-Sya’rawi
menulis, kalau pada awalnya Zulaikha memandang Yusuf as sebagai seorang remaja,
kini pandangan itu telah berubah. Sehingga ketika misalnya Zulaikha meminta
membawa segelas air, dia berkata kepada Yusuf as, “Mendekatlah! Mengapa
menjauh? Duduklah di sampingku.”
Tanpa sadar tumbuh benih-benih cinta pada diri Zulaikha. Cinta
itu semakin hari semakin besar. Ia pun tambah berani. Bukan hanya
isyarat-syarat halus yang sekarang ditampakkan, gerak-geriknya semakin jelas
menunjukkan rasa itu. Bahkan semakin menjadi-jadi karena Yusuf as berpura-pura
tidak mengerti atau mengalihkan pandangan dan pembicaraan.
Suatu ketika, di saat cintanya tak terbendung lagi, Zulaikha
merencanakan untuk berduaan saja dengan Yusuf as di suatu ruang di rumahnya.
Untuk itu, ia membersiapkan diri dengan berdandan sebaik mungkin.
Saat ia telah berada di ruang itu bersama Yusuf as, ia menutup
rapat pintu-pintu dan tabir-tabirnya. Kemudian ia berkata dengan penuh harap
dan merayu, “Marilah ke sini, laksanakan apa yang kuperintahkan!” Rayuan kepada
Yusuf as dilakukan berkali-kali, bahkan dengan memaksa.
Seandainya Yusuf as hanya memperturutkan hawa nafsunya, pastilah
ia melakukan seperti apa yang diinginkan Zulaikha. Yusuf as adalah laki-laki
normal yang punya ketertarikan pada wanita. Apalagi Zulaikha adalah wanita yang
cantik jelita.
Namun, cinta Yusuf as kepada Allah jauh lebih besar dari itu.
Cinta yang selalu dalam hubungan intim dengan-Nya melalui zikir. Senantiasa
menunaikan hak-haknya. Yang memandang kepada-Nya dengan mata hati. Yang
terbakar hatinya oleh hakekat Ilahi. Tabir pun terbuka sehingga sang Maha Kuasa
muncul dari tirai-tirai gaib-Nya. Maka, tatkala berucap, dengan nama Allah.
Tatkala bergerak, atas perintah Allah. Dan tatkala diam, bersama Allah.
Begitulah keadaan Yusuf as yang dilukiskan oleh Thabathaba’i.
Sehingga walaupun Yusuf as memiliki birahi sebagaimana manusia yang lain, ia
tak menuruti godaan dan rayuan Zulaikha. Jangankan mempunyai tekad atau
keinginan, perhatian dan pandangannya tak lagi tertuju kepada wanita itu maupun
wanita lain. (imam)
0 komentar:
Posting Komentar