Saat – saat Kritis Umar ra dan
Wasiatnya
Disebutkan bahwa Umar ra ditikam setelah mengatakan, “Dirikanlah
shaf – shaf kalian!” kepada orang – orang di masjid dan baru hendak melakukan
takbhiratul-ihram. Akibat tikaman itu Umar roboh. Umar pun digotong menuju
rumahnya. Saat itu matahari hampir terbit. Abdurrahman langsung menggantikan
Umar ra mengimami shalat subuh dengan membaca surat pendek pada kedua
rakaatnya.
Dalam waktu yang kritis itu, orang – orang segera memberikan
nabiz kepada Umar. Namun, nabiz yang diminumkan itu keluar lewat luka – luka
bekas tikaman. Mereka pun lalu meminumkan susu, tapi susu itu juga keluar dari
lukanya. Melihat demikian orang – orang menenangkanya, “Tak ada yang perlu
engkau khawatirkan.”
Umar pun berkata, “Tentu, sebab sekiranya ada yang pelu
dikhawatirkan karena pembunuhan, pasti sekarang aku sudah mati terbunuh!”
“Demi Allah!” Umar melanjutkan perkataannya, “Aku ingin, ketika
aku meninggalkan dunia ini, aku berada dalam keadaan dengan rezeki apa adanya.
Tiada kewajiban yang harus aku bayar dan hak yang harus kuambil. Sungguh
persahabatanku dengan Rasulullah saw, suci murni.”
Saat itu terdengar Ibnu Abbas ra memuji Umar. Umar ra berkata, “Seandainya
aku memiliki emas sepenuh bumi ini, sungguh akan aku pergunakan untuk menebus
diriku dari malapetaka hari kiamat. Adapun perkara kekhalifahan, aku serahkan
pada permusyawaratan Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, az-Zubair
ibnul Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqash. “
Umar ra pun memerintahkan Shuhaib untuk mengimami shalat.
(mungkin maksudnya shalat Dhuhur dst-pen)
Dalam saat – saat kritis itu, Umar juga mengatakan, “Segala puji
bagi Allah, yang telah tidak menentukan kematianku di tangan orang yang mengaku
dirinya muslim.” Umar kemudian memanggil putranya, Abdullah dan berkata, “Wahai
Abdullah, periksalah berapa jumlah hutangku semua!” Setelah dihitung, ternyata
jumlah hutang Umar sebanyak 86 ribu atau sekitar itu. Maka Umar berkata, “ Jika
harta keluarga Umar cukup untuk menutupi utang – utang tersebut, bayarlah
dengan harta mereka! Namun bila tidak cukup, tolong minta sisanya kepada bani
Addi. Dan bila masih tidak cukup juga, tolong minta kepada kaum Quraisy!”
Umar kemudian menyuruh Abdullah, “Dan sekarang, wahai Abdullah,
pergilah kamu menjumpai Ummul Mukminin, Aisyah, dan katakan kepadanya bahwa
Umar mohon diizinkan untuk dimakamkan bersama kedua sahabatnya (Rasulullah saw
dan Abu Bakar ra).”
Abdullah segera menemui Aisyah ra dan menyampaikan pesan
ayahnya. Aisyah pun berkata, “Sebenarnya, tempat itu ingin kuperuntukkan untuk
diriku sendiri, akan tetapi pada hari ini aku lebih mengutamakan Umar daripada
diriku.”
Abdullah kemudian kembali kepada ayahnya untuk memberitahukan
baahwa Ummul Mukminin memperkenankan permintaanya. Mendengar hal itu, Umar
mengucapkan. “Alhamdulillah.” Ketika itu ada salah seorang yang hadir di sana
dan mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin, angkat dan wasiatkanlah bagi kami
seorang khalifah penggantimu!”
Umar menjawab, “Aku tidak melihat seorangpun yang lebih pantas
dalam masalah ini selain beberapa orang yang pada saat Rasulullah saw wafat,
beliau ridha terhadap mereka.” Umar ra lantas menyebutkan enam nama sahabat,
yaitu Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, az-Zubair ibnul Awwam,
Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqash.
Ikut hadir bersama mereka Abdullah bin Umar, akan tetapi ia
tidak menentukan apa – apa dalam perkara ini.
Selain itu Umar ra juga mewasiatkan seperempat dari hartanya.
Wasiat Umar kepada Khalifah Sesudahnya Aku wasiatkan kepadamu untuk bertakwa
kepada Allah swt. Yang tiada sekutu bagi-Nya. Aku wasiatkan kepadamu agar
memperlakukan kaum Muhajirin yang terdahulu dengan baik, yaitu dengan
menghormati mereka karena hijrah mereka. Aku wasiatkan agar engkau
memperlakukan kaum anshar dengan baik, sambutlah kebaikan mereka dan maafkanlah
kesalahan mereka. Aku wasiatkan agar engkau memperlakukan penduduk setiap kota
dengan baik karena mereka adalah penolong Islam, pemanas hati musuh, dan
pemungut cukai. Janganlah engkau memungut pajak mereka jika kalau karena
kebaikan mereka memberikannya. Aku wasiatkan agar engkau memperlakukan penduduk
desa dengan baik karena mereka adalah asal bangsa Arab dan termasuk Maddatul
Islam. Hendaklah engkau mengambil yang berlebih dari harta benda orang – orang
kaya diantara mereka untuk kemudian engkau serahkan kepada fakir miskin
diantara mereka. Aku wasiatkan agar engkau memperlakukan ahludz dzimmah (kafir
zimmi) dengan baik, membela mereka dari serangan musuh mereka, dan jangan
engkau membebani mereka dengan sesuatu yang diluar kemampuan mereka. Lakukan
hal itu bila mereka menunaikan kewajiban kepada kaum muslimin baik secara suka
rela maupun terpaksa. Aku wasiatkan kepadamu untuk bertakwa kepada Allah,
berhati – hatilah dari –Nya dan takut akan murka – Nya. Aku wasiatkan kepadamu
agar takut kepada Allah dalam menjaga hak manusia dan jangan takut kepada
manusia dalam menjaga hak Allah swt. Aku wasiatkan kepadamu agar berlaku adil
kepada rakyat. Curahkanlah pikiran, tenaga, dan waktumu untuk memenuhi
kebutuhan mereka, serta janganlah engkau lebih mengutamakan si kaya daripada si
miskin. Semua itu adalah pemberi ketentraman bagi hatimu dan penghapus dosamu.
Kebaikan akan menjadi balasan perbuatanmu itu. Aku perintahkan engkau untuk
bertindak tegas dalam masalah yang menyangkut perintah, batasan – batasan,
larangan – larangan Allah, baik kepada orang yang dekat maupun orang yang jauh
denganmu. Jangan engkau kasihani seorangpun yang menyalahi perintah Allah
karena bila itu terjadi, maka engkau telah ikut melanggar kehormatan Allah,
sama sepertinya. Bersikaplah sama rata kepada semua orang, dan jangan sampai
celaan orang yang mencela memalingkan engkau dari jalan Allah. Janganlah sekali
– sekali engkau menunjukan rasa suka dan bersikap lebih mendahulukan
kepentingan diri sendiri daripada orang lain pada harta rampasan yang
diamanahkan Allah kepadamu untuk orang – orang mukmin. Hal itu akan membuatmu
bertindak aniaya dan zalim dan dengan begitu engkau telah mengharamkan kepada
dirimu sendiri dari apa yang telah Allah halalkan untukmu. Sesungguhnya engkau
telah berada di salah satu kedudukan dunia dan akhirat. Bila dalam kehidupan
duniamu engkau berusaha berpaling dan zuhud dari hal – hal yang dihalalkan oleh
Allah kepadamu, berarti engkau telah mengerjakan iman dan ridha di dunia. Namun
jika hawa nafsu dapat mengalahkanmua, maka engau telah mengerjakan yang
dimurkai Allah. Aku wasiatkan kepadamu, jangan engkau izinkan dirimu, begitu
pula selain dirimu untuk menzalimi ahludz dzimmah. Aku wasiatkan kepadamu,
menganjurkan, dan menasehatimu untuk mencari keridhaan Allah dan keberuntungan
di akhirat. Akau pilih menunjukimu dengan hal – hal yang juga aku pakai untuk
menunjuki dan juga anaku. Sekiranya engkau melaksanakan nasehatku dan
menjalankan perintahku, maka engkau akan memperoleh bagian yang berlimpah dan
keuntungan yang memadai. Namun jika engkau tidak menerima dan tidak peduli akan
nasihatku, dan juga tidak bermusyawarah dengan orang lain untuk – masalah – masalah
besar yang karenanya Allah akan ridha padamu, sesungguhnya yang demikian adalah
suatu aib dirimu. Padahal pendapatmu sendiri belum tentu benar karena hawa
nafsumu ikut serta di sana. Peminpin segala dosa adalah iblis, ialah yang
menyerukan kebinasaan. Iblislah yang telah menyesatkan dan menggiring generasi
– generasi terdahulu ke dalam neraka. Akan menjadi yang paling buruk bila
seseorang berlindung kepada musuh Allah, musuh yang menyeru untuk bermaksiat
kepada-Nya. Tunggangilah kebenaran dan ceburkan dirimu dalam kesusahpayahan
menuju kebenaran. Jadilah engkau penasihat bagi dirimu sendiri. Demi Allah, aku
berharap ketika engkau berdoa, semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kaum
muslimin, engkau juga menghormati yang tua, menyayangi anak kecil, serta
memuliakan ulama – ulama mereka. Janganlah engkau memukul mereka karena hal itu
akan membuat mereka merasa rendah dan terhina. Jangan memonopoli kharaj karena
jika itu dilakukan, sama saja engkau menyulut kemarahan mereka. Jangan
menghalangi pemberian – pemberian diperuntukkan mereka karena hal itu akan
menjatuhkanmu dalam kemiskinan. Jangan mengumpulkan mereka untuk tujuan –
tujuan tertentu atau menghalangi mereka untuk kembali kepada keluarga mereka
karena hal itu akan memutuskan keturunan mereka. Janganlah engkau membiarkan
harta kekayaan mereka berputar di antara orang – orang kaya saja. Buka pintu
rumahmu untuk menerima pengaduan mereka, agar yang kuat di antara mereka tidak
memakan yang lemah. Inilah wasiatku, dan aku persaksikan kepada Allah keselamatan
bagimu.
***
0 komentar:
Posting Komentar